Disadari atau tidak, saat ini kita telah memasuki dunia baru. Dimana era baru tersebut dinamakan dengan era globalisasi. Era globalisasi ini ditandai dengan pola kerja dunia yang serba cepat, kompetitif, dan tidak ada proteksi. Dunia ini mengakibatkan banyaknya terjadi pergeseran nilai dan moral pada kehidupan manusia.
Pada era globalisasi, Islam dinilai tidak dapat memberikan jawaban yang sesuai terhadap permasalahan yang ada. Hal itu menimbulkan masalah-masalah baru di dalam Islam yang saat ini membutuhkan jawaban dikala terjadinya pembaruan dan tantangan untuk mengembalikan nilai- nilai universalitas Islam itu sendiri sehingga dapat menimbulkan peradaban Islam yang lebih baik dari sebelumnya.
Pada dasarnya agama memang dituntut untuk dapat memberikan jawaban untuk segala permasalahan umat manusia, hal itu dapat terwujud apabila umat Islam menghendaki pada perubahan dan tidak terlalu apatis dengan istilah-istilah baru terkait dengan pembaruan ilmu pengetahuan. Di dalam Islam ada banyak sikap seseorang dalam menyikapi modernisasi. Pertama, ia yang menunjukkan sikap skeptis dan protes terhadap perubahan mendasar dalam struktur kehidupan sosial yang diakibatkan oleh modernisasi. Kedua, ia yang mengikuti modernisasi tetapi menentang sekularisasi. Ketiga, ia yang melakukan penyesuaian terhadap lingkungan modern, bahkan secara implisit menjadi agen penyebar sekularisasi karena di antara karakteristik abad modern adalah munculnya sekularisasi terhadap sistem keagamaan tradisional.
Kelompok-kelompok tersebut memiliki pandangan bahwa munculnya sebuah modernitas dapat memaksakan adanya sebuah perubahan. Seluruh agama selalu menghadapi perubahan, sehingga akan selalu terjadi pengembangan dalam beberapa mekanisme keagamaan sesuai keadaan. Agama Islam mempunyai cara sendiri dalam menyikapi modernisasi untuk menciptakan perubahan sesuai zaman, dan menjadi lebih baik dari sebelumnya.
*Artikel merupaakan hasil tulisan dari Nila Ayu Citra Wulan (Usroh Ummu Salamah Hindun)