Asrama Mahasiswa dan Kebebasan

Badan Pusat Statistik (BPS) D.I. Yogyakarta pada tahun 2020 mencatat ada sekitar 75.028 total mahasiswa di Yogyakarta. Mahasiswa ini tersebar di seluruh daerah di Yogyakarta di aneka ragam kampus negeri maupun swasta. Dari puluhan ribu itu 98 % memilih indekos sebagai tempat tinggal mereka selama melanjutkan studi di Yogyakarta. Dalam hal ekonomi dan pengeluaran, gaya konsumtif yang negatif mewarnai kehidupan mahasiswa Yogyakarta. Baik yang penduduk asli maupun yang rantau, pengeluaran biaya untuk wisata lebih tinggi dari pada biaya pendidikan. 

Semua itu belum ditambah dengan pergaulan dan budaya bebas yang akhirnya, menempatkan mahasiswa dan kawula muda pada posisi yang sangat buruk. Mereka memang bebas, tanpa tekanan yang berarti, tetapi mereka telah masuk pada fase terbelenggu dan dijajah oleh kebiasaan buruknya sendiri. 

Melihat realita kehidupan mahasiswa yang tidak baik baik saja, maka ada beberapa universitas yang sengaja membangun asrama sebagai tempat tinggal para mahasiswanya. Salah satunya adalah UMY. UMY membangun asrama mahasiswa yang diberi nama UNIRES (University Residence). 

Tak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, namun juga dididik dan diberi kegiatan bermanfaat dan bernilai yang bercirikan Keislaman dan Kemuhammadiyahan. Kemudian, asrama mahasiswa memang diatur dengan jadwal dan program yang ‘padat’. Kenapa? Karena pada dasarnya kehidupan mahasiswa tidak sepenuhnya sehari-semalam kuliah di kampus, mereka tidak seharian mengurus organisasi dan UKM, ada jeda dan waktu kosong di antara itu semua. 

Ada yang beranggapan dengan bertempat tinggal di asrama menghambat kita untuk aktif berorganisasi. Ini persepsi yang salah. Saya mempunyai pengurus usrah atau kelompok, yang aktif berorganisasi, juga teman- teman lain yang aktif di berbagai organisasi dan UKM. Ini bukti bahwa asrama tidak mengekang anggotanya untuk terlibat aktif dalam organisasi kampus. Mereka tetap dapat aktif, mengikuti rapat dan berkegiatan. Jika diamati, hidup mereka pun tidak sepenuhnya selalu organisasi dan kampus. Ada ruang ruang kosong dalam waktu yang kemudian diisi oleh kegiatan asrama.

Saat azan berkumandang, penghuni asrama dengan teratur berwudhu, bersiap untuk melaksanakan salat berjamaah. Dilanjutkan dengan kegiatan dan tadarus. Kalau kawan kami di luar? Entahlah mungkin masih terlelap, atau masih tertambat dirinya di bangku-bangku kafe dan restoran, atau masih di jalan menuju tempat wisata.

Pagi hari kami isi dengan kegiatan yang bermanfaat. Tadarus Al Quran, Tahsin, belajar Bahasa Inggris, dan lainnya. Kemudian dilanjutkan membersihkan kamar dan koridor, Sehingga tidak ada waktu untuk berleha-leha, membuang waktu di pagi hari. Setelah semuanya usai, kami bersiap untuk kuliah atau melanjutkan aktivitas masing-masing.

Saat malam tiba, seusai isya, normal kami keluar asrama, mencari makan atau hanya sekedar membeli keperluan. Di malam hari kami keluar dari asrama tidak lama-lama, karena gerbang ditutup oleh penjaga keamanan pada jam sepuluh malam. Ini peraturan yang bagus karena mencegah kami ‘keluyuran’ kesana kemari. Karena waktu malam pada hakekatnya adalah waktu istirahat, waktu mengerjakan tugas, belajar dan mempersiapkan diri untuk kegiatan esok hari. 

Sebagai mahasiswa, apalagi yang tinggal di perantauan, tidak ada yang memonitor kita. Ada, namun tak kasat mata yaitu, hati kecil. Hati kecil kita, suara kecil dari sanubari yang menilai baik buruk, yang menuntun kita bagaimana sebaiknya bertindak.

Tapi kita tidak bisa selalu mengandalkan hati kecil kita atau diri kita sendiri. Selayaknya manusia, kita akan luput, salah, dan malas. Maka, dengan tinggal di asrama mahasiswa, hal-hal seperti itu akan diminimalisir dengan penciptaan suasana hidup yang saling mengingatkan dan tolong-menolong dalam kebaikan.

Dalam memaknai kebebasan pun kita harus paham tentang hakikat kebebasan itu sendiri. Sebagai mahasiswa apakah kita telah berlaku sesuai fitrah kita? Apakah kita berani bertanggung jawab? Apakah itu adalah pilihan kita yang terbaik? Apakah sudah sesuai dengan kebebasan menurut Islam?

Namun kemudian, kita tidak bisa memukul rata, bahwa anak asrama akan menjadi baik. Tentu tidak. Itu kembali lagi kepada sebagaimana ia sadar dan paham posisi dan kewajibannya sebagai mahasiswa. 

*Artikel ini merupakan hasil tulisan Farid Helmi Maulana, peserta Aslama Competition bidang essay 2021

Share:

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
On Key

Related Posts

University Residence (selanjutnya disingkat Unires)  Universitas Muhammadiyah Yogyakarta adalah sebuah tempat hunian atau asrama mahasiswa UMY yang tidak hanya digunakan sebagai tempat menginap mahasiswa, namun juga berisi program pembinaan.

Hubungi Kami

Lingkar Selatan, Kampus Terpadu UMY Jl. Brawijaya, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183

Fax : (0274) 434 2522