Surah Al-Asr : Pengingat Bagi Tiap Muslim untuk Produktif

Lebih dari 70% dari total penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus penduduk 2020 adalah Generasi Z. Meski tidak semua dari jumlah penduduk tersebut belum mencapai usia produktif, “surplus” demografi ini bisa menjadi tantangan sekaligus peluang bagi negara ini. Terlebih, sebagai muslim yang menjadi menjadi mayoritas penduduk di Indonesia. Maka, terdapat nilai-nilai keislaman yang membuat konsep produktivitas berbeda dari konsep produktivitas pada umumnya.

Fenomena ini dilihat oleh Unires dengan menghadirkan Dyah Pikanthi Diwanti untuk sharing mengenai bagaimana menjadi Muslimah yang produktif dan berkemajuan. Beliau adalah seorang dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang aktif menuliskan opini dan hasil pemikirannya dalam berbagai platform kepenulisan hingga dibukukan. Dalam sesi sharing yang dilaksanakan sekitar satu jam tersebut, antusias peserta cukup tinggi dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan yang hadir pada sesi tanya jawab.

Bercerita mengenai muslimah yang produktif, beliau membuka sesi dengan surah Al-Asr. Sebuah surah yang hanya terdiri dari tiga ayat namun sarat makna. Dalam surah ini, kembali diingatkan kembali bahwa waktu yang saat ini tersedia di dunia terbatas. Apabila manusia gagal memanfaatkan waktu, maka kerugian akan menghampiri mereka. Memanfaatkan waktu dapat dilakukan dengan mengerjakan kebaikan, saling menasihati dalam kebenaran, dan kesabaran.

Melalui surah ini kita belajar bahwa produktivitas tak hanya sekedar menghasilkan karya secara konsisten, namun juga harus dilandasi dengan iman. Akidah yang benar menjadi dasar dalam setiap aktivitas kehidupan sehingga selalu terdapat nilai ibadah di dalamnya. Selain itu, untuk membetuk pribadia yang produktif, diperlukan lingkungan pergaulan yang mendukung. Secara langsung dan tidak langsung, pergaulan menjadi alasan produktivitas dapat terwujud atau gagal. Berada di komunitas kepenulisan akan mendorong seseorang untuk belajar lebih giat menghasilkan sebuah karya kepenulisan karena didukung oleh teman-teman yang satu visi. Begitu juga sebaliknya.

Lingkungan pergaulan yang baik dapat menjadi pengingat ketika seseorang merasa dirinya mulai bermalas-malasan. Sehingga memberikan nasihat satu sama lain akan memberikan semangat baru untuk kembali berkarya.

Lalu, apa saja yang perlu dipersiapkan untuk menjadi seseorang yang produkti dan berkemajuan?

Pertama, diperlukan kemampuan mengenali diri sendiri. Dalam tahap awal ini, harapannya seseorang dapat melihat kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Untuk menemukan keduanya, dapat melihat kembali pada pengalaman masa lalu, tanggung jawab yang diberikan pada saat berada pada situasi tertentu, atau hasil pengamatan orang terdekat mengenai perkembangan diri kita. Selanjutnya, menentukan prioritas dalam tiap kegiatan. Prioritas ini dapat menghasilkan agenda harian, sehingga setiap agenda yang sudah dijadwalkan diharapkan lebih dulu dilaksanakan untuk menghindari distraksi. Setelah terlaksana dalam kurun waktu tertentu, maka evaluasi diperlukan untuk menentukan kegiatan mana yang perlu tetap diprioritaskan atau dihapuskan. Apabila kegiatan ini terus dilakukan berkelanjutan, maka bukan hal yang sulit untuk membentuk kebiasaan baru yang produktif.

Terakhir, sebagai pemuda muslim/ah sudah saatnya bagi kita untuk mulai meninggalkan aktivitas yang kurang bermanfaat. Ide dan inovasi sudah saatnya direalisasikan agar tercipta karya yang tak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, namun juga orang lain. Bukankah sebaik-baik manusia adalah ia yang bermanfaat bagi orang lain?

Share:

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
On Key

Related Posts

University Residence (selanjutnya disingkat Unires)  Universitas Muhammadiyah Yogyakarta adalah sebuah tempat hunian atau asrama mahasiswa UMY yang tidak hanya digunakan sebagai tempat menginap mahasiswa, namun juga berisi program pembinaan.

Hubungi Kami

Lingkar Selatan, Kampus Terpadu UMY Jl. Brawijaya, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183

Fax : (0274) 434 2522