Istimewanya Menjadi Perempuan dalam Islam

Istimewanya Menjadi Perempuan dalam Islam

Pada masa jahiliyah, kelahiran bayi perempuan adalah sebuah aib bagi keluarga. Bayi yang tidak berdosa tersebut dikubur hidup-hidup agar tidak diketahui masyarakat. Abdullah bin Abbad mengatakan bahwa perempuan yang hendak melahirkan pada masa Islam belum hadir di tengah masyarakat akan digalikan lubang kemudian ketika bayi tersebut lahir maka dilihatlah jenis kelaminnya. Jika perempuan, maka bayi tersebut akan langsung ditimbun dengan tanah, sementara jika yang lahir adalah bayi laki-laki, maka akan disambut dengan gembira.

Fenomena ini diabadikan dalam Al-Quran Surah An-Nahl ayat 58-59 untuk diambil pelajaran. “Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam), dan dia sangat marah. Dia bersembunyi dari orang banyak, disebabkan kabar buruk yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan (menanggung) kehinaan atau akan membenamkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ingatlah alangkah buruknya (putusan) yang mereka tetapkan itu.”

Pada kenyataannya, sebuah peradaban lahir karena adanya perempuan. Anugerah istimewa yang diberikan Allah SWT kepada perempuan dengan adanya rahim menyebabkan perempuan dapat mengandung dan melahirkan. Bahkan, disebutkan bahwa madrasah pertama seorang anak berasal dari ibunya. Peran perempuan yang dimulai dari keluarga ini kelak menentukan bagaimana generasi masa depan terbentuk.

Melihat ke belakang ketika Bangsa Eropa berdebat tentang isu gender pada abad pencerahan, Islam telah membawa perempuan pada posisi yang lebih baik sejak diutusnya Rasulullah SAW. Perempuan dan laki-laki disebutkan dalam Q.S. At-Taubah : 71-72 memiliki kedudukan yang sama dihadapan Allah serta mendapat kesempatan yang sama untuk meraih surga-Nya. Dalam suatu waktu, Asma binti Yazid pernah menjadi perwakilan kelompok perempuan ketika bertanya ke majelis Rasulullah, ia mempertanyakan perihal jihad.

“Setiap laki-laki yang mampu diperintahkan Allah untuk berjihad. Apabila kemenangan menghampiri mereka, maka menjadi balasannya. Sedangkan apabila kekalahan menyertai mereka dan terbunuh, maka tempat terbaik telah disediakan di sisi Allah. Namun, perempuan hanya diperintahkan untuk menjaga suami, anak, dan harta mereka di rumah. Apakah yang didapat oleh perempuan?”, tanya Asma. Rasulullah kemudian menjawab, “Sampaikanlah kepada kawan-kawanmu sesama perempuan jika bertemu, bahwasanya taat setia kepada suami dan mengakui hak suami adalah sama nilainya dengan perjuangan laki-laki seperti yang engkau tanyakan. Hanya sayang sekali, sedikit diantara kalian yang patuh mengerjakannya.” Artinya, dengan balasan yang sama, perempuan dapat menempuh jalur yang berbeda sesuai dengan kemampuannya.

Meskipun perempuan memiliki tanggung jawab dalam rumah tangga untuk mendidik anak-anak dan menjaga harta suami, perempuan diperbolehkan untuk bekerja di luar rumah. Mereka juga diperbolehkan menuntut ilmu setinggi yang mereka butuhkan. Dengan catatan, tanggung jawab utama di rumah tidak terbengkalai karena profesi paling mulia yang didapatkan perempuan adalah menjadi seorang ibu dan istri yang taat kepada suami.

Tak hanya itu, dalam memilih pasangan, seorang perempuan tetap memiliki hak untuk menerima dan menolak calon suami yang diajukan oleh walinya.“Perempuan yang telah janda lebih berhak atas dirinya daripada walinya. Dan anak perawan diminta izinnya kepada dirinya langsung. Tanda izinnya ialah diamnya.” (HR. Jamaah).

Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Khansa binti Khadam dinikahkan oleh ayahnya, padahal dia tidak suka. Ia adukan permasalahan ini kepada Rasulullah. Rasulullah tegas menjawab “Terserah kepada engkau, (artinya : “Kalau engkau tidak suka, akan aku pisahkan kalian).” Dari kisah ini, hikmah yang ingin disampaikan oleh Khansa adalah seluruh perempuan harus mengetahui bahwa ia memiliki hak untuk memutuskan siapa pasangannya dan tidak setiap urusan diputuskan oleh ayah.

Sebagaimana untuk menjadi seorang sarjana dibutuhkan setidaknya rata-rata empat tahun, maka menjadi seorang ibu juga membutuhkan persiapan jauh hari. Bedanya, persiapan menjadi calon ibu yang berwawasan luas tidak ada sekolah khususnya. Maka keaktifan perempuan mencari sumber pengetahuan terlebih pengetahuan yang kelak akan diaplikasikan di rumah tangga menjadi kunci utama. Tidak ada persiapan yang terlambat jika dimulai dimulai dari sekarang.

 

Referensi

Azizah, N. (2017). Gender dan Politik. Yogyakarta: The Phinisi Press.

HAMKA. (2014). Buya Hamka Berbicara tentang Perempuan. Jakarta: Gema Insani.

Kemenag. (2021, September 16). Diambil kembali dari Quran Kemenag: https://quran.kemenag.go.id/sura/16/58

Share:

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
On Key

Related Posts

University Residence (selanjutnya disingkat Unires)  Universitas Muhammadiyah Yogyakarta adalah sebuah tempat hunian atau asrama mahasiswa UMY yang tidak hanya digunakan sebagai tempat menginap mahasiswa, namun juga berisi program pembinaan.

Hubungi Kami

Lingkar Selatan, Kampus Terpadu UMY Jl. Brawijaya, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183

Fax : (0274) 434 2522