Tinggal di Asrama adalah Keputusan yang Tepat

Asrama, selalu diibaratkan sebuah penjara suci dan adagium itu tidaklah salah, namun tidak sepenuhnya bisa disandingkan dengan sebuah penjara karena definisi keduanya tidak sama. Namaku Neng Susi, sebelum mengawali essay yang bertema pengalaman di asrama, aku ingin menceritakan latar belakangku terlebih dahulu. Aku anak dari pedesaan dan sebelum aku kuliah, aku tak pernah merantau, jadi saat ini adalah momentum aku bisa menjadi anak rantauan, aku kuliah di salah satu kota besar di Indonesia, yaitu kota Yogyakarta. 

Tekadku untuk melanjutkan studiku keluar dari kampung halamanku sangat besar, karena sebelumnya orang tua ku selalu khawatir, karena aku seorang perempuan, jika aku pergi merantau maka akan luput dari pengawasan mereka. namun aku meyakinkan mereka bahwa tempat ku menimba ilmu memiliki fasilitas asrama yang akan menjadi tempat teraman, dan pertimbangan bahwa aku akan tinggal di asrama membawa pengaruh besar untuk mengubah keputusan orang tuaku. 

Keputusan untuk tinggal di asrama, aku jadikan hanya sebagai sebuah batu loncatan untuk dibukakan pintu perizinan orang tuaku dan aku hanya mengira asrama sebagai tempat tinggal yang berisi beberapa peraturan, namun setelah ku jalankan, hari berganti bulan, dan bulan akan hampir di penghujung tahun, sangat banyak hal yang mungkin nantinya akan terukir dalam memori sehingga kenangan itu selalu dirindukan dan sulit dilupakan.

Tinggal di asrama bukan sesuatu yang sangat menakutkan justru, di asrama kita akan bertemu dengan rekan-rekan seperjuangan dari berbagai daerah, yang berbeda bahasa, adat dan kebiasaannya. Sehingga dalam hal ini kita seperti belajar miniatur bermasyarakat, bagaimana bertetangga dan saling beradaptasi untuk tidak egois. Di sisi lain tentu ketika motivasi kita sedang melemah, asrama selalu mengadakan program, seminar motivasi dan mendatangkan orang-orang hebat yang menginspirasi.

Teringat kembali kisah salah satu pahlawan nasional, yaitu bapak Ir. Soekarno, siapa yang tidak mengenal sosoknya yang berjasa dan berkat kepiawaiannya Indonesia bisa sampai di titik ini. Tapi di balik itu semua, Soekarno memiliki seorang guru yang sangat berjasa dalam membentuk karakternya itu. Dalam salah satu biografinya yang ditulis Cindy Adams, Soekarno mengenang Tjokroaminoto sebagai idolanya sekaligus menjadi gurunya.  Soekarno mondok di rumah Tjokroaminoto pada usia 15 tahun, Sejarawan dan Pemred Historia Bonnie Triyana mengungkapkan tentang kehidupan Soekarno saat menempuh pendidikan di Hogere Burger School (HBS) Surabaya. Selama enam tahun, Soekarno menjadi anak didik HOS Tjokroaminoto dalam rumah yang disebutnya indekos, dan beberapa temannya yang juga pernah tinggal satu asrama yaitu Semaoen dan Kartosoewirjo.

Selama tinggal disana, Soekarno belajar banyak hal dari teman-temannya, mereka sering berdiskusi bersama tentang nasib Indonesia dan terlebih lagi ia banyak belajar dari Tjokroaminoto. Melalui tempat itu, kita bisa menyebutnya sebagai sebuah asrama, presiden pertama Republik Indonesia ini bertemu tokoh-tokoh penting nasional dan menjadi tokoh pergerakan sebelum kemerdekaan, seperti Semaoen, Alimin, dan Musso menjadi tokoh-tokoh utama Partai Komunis Indonesia serta SM Kartosoewirjo yang kemudian menjadi pemimpin Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Di rumah itu juga, tokoh-tokoh Muhammadiyah seperti K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Mas Mansyur sering bertukar pikiran.

Melihat betapa luar biasanya dampak dari sebuah rumah hunian, yang dihuni oleh orang-orang yang memiliki visi yang sama dan siap berproses menjadi lebih baik lagi. Aku akui, minggu pertama tinggal di asrama tidaklah mudah, harus bisa menempatkan diri dan menyesuaikan kondisi, baik dengan lingkungannya, cita rasa makanannya apalagi dengan teman-teman yang baru ku jumpai, karena setiap orang memiliki ciri khas, karakter dan sikap yang melekat pada setiap orang pasti akan berbeda, inilah kondisi awal yang cukup sulit bagi ku.

Asrama tempat tinggal ku bernama Unires Putri UMY (University Residence) Putri. Asrama yang dinaungi oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Asrama ini sudah berdiri sejak tahun 2008. Asrama ini memiliki 3 lantai, yang mana setiap lantai memiliki setiap lorong. Setiap lorong terdiri dari 8 kamar dan memiliki struktur keorganisasian. 

Aku diberikan kesempatan untuk menjadi ketua di lorong Aisyah Binti Abi Bakar atau biasa kami sebut dengan usroh. pengalamanku yang baru-baru ini terpilih menjadi ketua usroh memberikanku banyak pelajaran, tentang cara bagaimana mengajak, mengakrabkan dan saling membantu satu sama lain layaknya sebuah keluarga.

Pernah satu waktu ketika Unires mengadakan pekan olahraga antar usroh, salah satu anggota usrohku menyampaikan rasa tidak antusiasnya dalam persiapan kegiatan tersebut. Namun beruntungnya aku, teman-teman usroh yang suportif membantuku untuk meyakinkan ia agar berpartisipasi dalam kegiatan itu. Melalui pengalaman itu, aku semakin yakin bahwa pilihan untuk tinggal di asrama bukan keputusan yang salah.

Setiap orang pasti memiliki seorang teman dekat, ketika seseorang itu berhijrah tempat, ia selalu enggan meninggalkan tempat sebelumnya hanya karena takut tidak memiliki teman dan tidak rela meninggalkan teman lamanya. Dalam sebuah syair Imam Syafi’i berkata:

Tiada kata santai bagi orang yang berakal dan beradab, maka tinggalkanlah kampung halaman dan merantaulah. Bepergianlah, kau akan mendapat ganti orang yang kau tinggalkan. Berusahalah, karena nikmatnya hidup ada dalam usaha. Sungguh, aku melihat air yang tidak mengalir pasti kotor. Air akan bersih jika mengalir, dan akan kotor jika menggenang. Kalau tidak keluar dari sarangnya, singa tak akan mendapatkan mangsa. Kalau tidak meleset dari busurnya, anak panah tak akan mengenai sasaran. Matahari kalau berada di porosnya selamanya, niscaya semua orang, baik Arab maupun non-Arab pasti bosan. Timah akan seperti tanah, kalau berada di tempatnya, kayu cendana pun hanya akan seperti kayu bakar, bila menetap di tanah.”

Siapapun yang mendengar syair itu akan tergugah, karena aku pun demikian, setelah mendengar syair tersebut, aku putuskan untuk pergi merantau setelah lulus dari SMA, awalnya ada sedikit rasa gundah dan khawatir jika pergi merantau akankah aku mendapatkan seorang teman, tetapi setelah aku masuk asrama banyak sekali teman-teman yang baik yang ku jumpai dan aku bersyukur sekali akan hal itu. 

Bahkan ada salah satu teman asrama yang aku kagumi karena kedewasaan pemikirannya dan pendapatnya terhadapku ketika aku melakukan kesalahan. Aku sering sekali mengeluh tetapi dia selalu memberikan beberapa saran yang membuatku kembali sadar akan tujuan awal aku kesini. Tidak hanya itu, jika dulu ketika di rumah, aku termasuk anak yang sulit berhemat dan sulit untuk menghabiskan makanan, tetapi di asrama banyak orang yang ku jumpai sangat menghargai makanan dan aku pun tersadar bahwa aku harus belajar untuk lebih bersyukur dan menghargai setiap makanan agar tidak terbuang sia-sia.  

Kemudian perubahan lain yang paling terasa adalah teman-teman asrama merubahku menjadi vegetarian, bayangkan saja seseorang seperti ku yang sangat tidak menyukai sayuran, bahkan sebelum aku duduk di bangku SD aku sangat takut melihat nasi khususnya nasi basah atau nasi berkuah, mereka tidak bosan memperingatiku untuk sesekali mencoba sayuran. Aku akui jika di rumah aku tak pernah dipaksa oleh orang tua ku untuk mengonsumsi sayuran disamping orang tua ku bosan mendengar alasanku mereka juga sangat sibuk dengan aktivitasnya sebagai pedagang. Tetapi berbeda ketika aku jauh dari orang tuaku, dan saat ini aku tinggal di asrama, teman-temanku lah yang sering mengingatkanku. Sehingga aku pun terpengaruhi oleh mereka dan patut disyukuri karena pengaruhnya positif.

Waktu libur yang biasanya digunakan hanya untuk bermain HP tetapi semenjak aku tinggal di asrama, waktu libur tersebut digunakan untuk olahraga yaitu senam bersama dengan semua penghuni asrama. Perubahan-perubahan kecil itulah yang senantiasa mengiringi kehidupanku di asrama.

Jika ditilik-tilik dari setiap program yang sudah disediakan oleh pihak Unires, maka tak ada satupun yang merugikan para penghuni asrama tersebut. Justru sebaliknya jika asrama hakikatnya bukan hanya sebuah tempat melainkan ilmu, maka asrama dapat di lihat dalam dimensi filsafat aksiologi, yang menganalisis tentang segala sesuatu yang bernilai. Dapat disimpulkan hakikat asrama tidak hanya sebagai tempat huni, tetapi asrama memiliki nilai lebih dari hanya sekedar tempat yang dihuni, karena di dalamnya terdapat banyak kegiatan yang bersifat membangun karakter, terutama karakter kepemimpinan. 

Menurut de Chiara dan Koppelman (1975), perumahan untuk mahasiswa merupakan kesempatan yang baik untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di Institusi Akademik. Hasrat untuk menyediakan ruang bagi mahasiswa yang mewadahi kegiatan komputerisasi yang aktif, nyaman, dan adanya kesempatan bersosialisasi merupakan prioritas dari rencana universitas dan perguruan tinggi.

Oleh karena itu, asrama dapat menjadi self-control bagiku karena memiliki kebijakan, program dan peraturan yang selalu menjadi pengingat untukku dan kehadiranku di asrama membawa perubahan pada diriku dan membuat hariku menjadi lebih berwarna dan tidak biasa.

*Artikel ini merupakan hasil tulisan dari Neng Susi, peserta Aslama Competition bidang essay 2021

Share:

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
On Key

Related Posts

Dialog Islam Tentang Zaman

Islam mempunyai predikat agama yang paling benar disisi Allah S.W.T sesuai dengan firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 19. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya para

Tabayyun di Era Digital

Instagram berada di urutan ketiga sebagai platform media sosial yang paling sering digunakan setelah YouTube dan WhatsApp. Sekitar 8 jam lebih, seorang pengguna berselancar di

Menggiring Sampan Membelah Lautan Opini

Sebelum kita membahas mengenai judul esai diatas, mari kita bahas secara singkat mengenai arti sosial media dan sosial dilema. Sosial media sendiri memiliki arti sebuah

University Residence (selanjutnya disingkat Unires)  Universitas Muhammadiyah Yogyakarta adalah sebuah tempat hunian atau asrama mahasiswa UMY yang tidak hanya digunakan sebagai tempat menginap mahasiswa, namun juga berisi program pembinaan.

Hubungi Kami

Lingkar Selatan, Kampus Terpadu UMY Jl. Brawijaya, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183

Fax : (0274) 434 2522