Islam is The Basic of Knowledge

Sore ini aku menatap tumpukan buku di atas meja belajar, buku yang berwarna-warni sangat menarik untuk ku baca, namun cuaca di luar sana sedang hujan, lebih menarikku untuk tiduran dan mendengarkan musik plus chatingan. Tiba-tiba imajinasi mengetuk lamunanku, teringat sebuah sejarah masa kelam tentang jutaan buku yang berada diujung bara api yang menyala. Saat buku-buku terbakar dalam sebuah perpustakaan besar milik orang-orang islam, perpustakaan yang menyimpan sejuta karya dari para ilmuan Islam, berada di daratan kota Bagdad, Irak. Kepulan asap itu menyisakan duka yang mendalam, debu-debu hitam mengalir bersama airmata kesedihan menuju laut hitam kelam.

Penyerangan kota Bagdad sebagai pusat khazanah intelektual di serang oleh pasukan Mongol mulai dari Ghengis Khan (1155-1227) kemuadian dilanjutkan cucunya Hulagu Khan (1217-1265) dengan bangga membawa senjata-senjata di pundak mereka berhasil menghilangkan perpustakaan yang besar itu, bahkan para ilmuan muslim pun berujung pada kematian, mereka hanya berbekal niat melululantahkan perjuangan Islam di dunia. Dan peristiwa ini menjadi awal kemunduran umat Islam dalam bidang keilmuan, hilangnya sumber ilmu dan para ilmuan membuat ummat harus memulai kembali dengan kekuatan yang baru. Lalu, untuk apakah mereka melenyapkan itu semua?

Buku-buku karya ilmuan Islam sebelumnya telah mereka pelajari hingga kuasai, bahkan perlahan telah dikembangkan. Setelah itu mereka membakar perpustakaan dan membunuh ilmuan muslim, olehnya aku tahu mengapa mereka melakukan hal itu? Tujuan yang tak rasional bahkan terbilang sangat tak terhormat, yakni mungkin untuk mengahapus jejak kejayaan umat Islam dalam bidang keilmuan, sehingga dunia mengira bahwa kemajuan keilmuan berawal dari tangan barat. Dan para ilmuan yang dikenal dunia itu berasal dari barat pula. Padahal dasar-dasar yang mereka pelajari berasal dari para ilmuan muslim.

Satu hal yang tak pernah orang-orang barat tahu, kekuatan Islam sepanjang masa memiliki akar ilmu yang abadi, al-Qur’an dan as-Sunnah. Sungguh, akal ilmu yang sesungguhnya itu berada di keduanya. Sehingga banyak ilmuan barat yang jauh dari islam, meneliti sesuatu yang telah ada dalam al-Qur’an, hingga akhirnya mereka kembali pulang memeluk islam. Seperti ilmuan bernama Dr. Maurice Bucaile asal Perancis yang menemukan mumi manusia biadab pada zamannya bernama Fir’aun di dasar laut. Padahal mumi yang masih utuh itu telah tertulis dalam al-Qur’an ribuan tahun yang lalu, sebagaimana firman Allah Swt:

Artinya : “Maka pada hari itu kami selamatkan jasadmu (Fir’aun) agar engkau mendapat pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) kami.” (Q.S Yunus :92).

Sehingga, Dr. Maurice Bucaile menjadi seorang mualaf. Selain beliau, banyak pula ilmuan barat yang masuk islam karena menemukan sumber ilmu yang telah tertulis 14 abad lalu yang dimiliki umat Islam. Namun, keajaiban-keajaiban yang terlah tertulis di dalam al-Qur’an dan As-Sunnah belum tersentuh lagi oleh umat Islam, sehingga hal itu menjadi problem di kalangan ummat islam, sejarah yang belum mengungkapkan faktanya tentang peristiwa dan hal-hal yang menyertainya pada dunia. Menghilangnya nama ilmuan-ilmuan muslim pada ingatan umat Islam, bahkan generasi kecil hanya mengenal ilmuan-ilmuan barat tanpa tahu ilmuan-ilmuan Islam. Disebabkan buku-buku panduan yang tersusun dari sentuhan tangan barat, ini perlu perbarui. Para ilmuan al khuwarizmi, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, al Biruni dan yang lainnya, walau mereka tak pernah meminta untuk dikenang namanya bahkan diingat jasa-jasanya, hanya berpikir bahwa apa yang mereka hasilkan dalam sebuah karya dapat bermanfaat untuk umat. Bukan berarti harus menyampingkan Plato, Socrates hingga Aristoteles, mereka juga berhak  untuk dikenang nama dan diingat jasa-jasanya. Maka dari itu, salah satu untuk menumbuhkan kembali kejayaan umat Islam perlu adanya pengenalan tokoh-tokoh umat Islam, baik dalam pembelajaran maupun umum, agar generasi muda Islam mendapatkan pelajaran dari setiap tetes ilmu yang telah tersebarkan oleh para ilmuan muslim. Dan kejayaan islam pun dapat kembali di raih umat Islam. Amiin

Ditulis Oleh:

Puput Puspita Ganjar Pamungkas Residen Hafsah Binti Umar
Puput Puspita Ganjar Pamungkas
Residen Hafsah Binti Umar

Share:

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
On Key

Related Posts

Dialog Islam Tentang Zaman

Islam mempunyai predikat agama yang paling benar disisi Allah S.W.T sesuai dengan firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 19. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya para

Tabayyun di Era Digital

Instagram berada di urutan ketiga sebagai platform media sosial yang paling sering digunakan setelah YouTube dan WhatsApp. Sekitar 8 jam lebih, seorang pengguna berselancar di

Menggiring Sampan Membelah Lautan Opini

Sebelum kita membahas mengenai judul esai diatas, mari kita bahas secara singkat mengenai arti sosial media dan sosial dilema. Sosial media sendiri memiliki arti sebuah

University Residence (selanjutnya disingkat Unires)  Universitas Muhammadiyah Yogyakarta adalah sebuah tempat hunian atau asrama mahasiswa UMY yang tidak hanya digunakan sebagai tempat menginap mahasiswa, namun juga berisi program pembinaan.

Hubungi Kami

Lingkar Selatan, Kampus Terpadu UMY Jl. Brawijaya, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183

Fax : (0274) 434 2522