Oleh : Annisa Desyana
Usroh : Chamamah Soeratno
Setiap orang punya porsi hak dan kewajibannya masing-masing. Begitu juga sesosok insan dengan title gender “Wanita”. Tidak seharusnya medan geraknya dibatasi hanya karena alasan konyol ia membawa beban gender yang dianggap sebagai kaum lemah.
Seiring berjalannya waktu, tidak dapat dipungkiri bahwa mayoritas wanita adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Banyak bicara nya seorang wanita adalah media seorang anak belajar mengenal kata. Dan bodohnya seorang wanita adalah cerminan kebodohan bangsanya. Kiranya bangsa kita tidak lagi sebodoh itu untuk tidak memberikan ruang gerak bebas bagi wanita berkarya dan melahirkan generasi-generasi hebat penerus bangsa.
Wanita Mudah Mengalah ?
Kita dapat melihat wanita kini sudah dapat maju sebagai pemimpin menggantikan sosok mutlak pemimpin seorang pria. Namun hal tersebut masih sebuah anggapan bahwa hal tersebut adalah bagian dari merendahkan martabat seorang pria. Wanita bukanlah sosok pengalah. Walau wanita telah diberikan hati yang lembut buat mendidik, seharusnya sifat mengalah bukanlah bagian dari perjuangan. Jika wanita rela buat mengalah, ibu Alexander Graham Bell tidak akan rela berjuang buat mendidik sendiri anaknya yang dianggap gagal oleh masyarakat. Jika wanita rela mengalah, Asiyah akan tunduk pada kekuasaan Firaun buat membunuh nabi Musa.
Wanita Kompetitif
Cerdasnya peradaban ini dimulai dari sifat wanita yang tidak mau mengalah pada keadaan. Wanita yang dahulu lahirnya dianggap sebagai sebuah kesalahan, dan wanita yang dulu hanya dianggap sebagai pekerja dapur. Wanita yang dengan sikap tidak mau mengalahnya memperjuangkan pendidikan. Dan hingga kini wanita rela bersekolah setinggi tingginya dengan tujuan utama menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya. Bukan berarti menomorduakan kaum ayah, tapi pendidikan seorang wanita terutama kaum ibu akan berpengaruh besar terhadap kecerdasan anak-anaknya. Bagaimana pendidikan tinggi seorang wanita yang berperan penting pada awal mula sang anak mengenal apa kata “Tuhan” dan esensinya hingga nantinya ketika tumbuh dewasa sang anak mencintai apa itu “Tuhan” dari esensi cinta ibunya. Pendidikan seorang wanita yang kemudian melahirkan generasi-generasi beragama, generasi-generasi berakhlak, generasi-generasi politik, generasi-generasi pandai beragumen, dan lainnya
Dapat kita lihat bahwa para orang-orang hebat lahir dari ibu-ibu yang hebat pula. Para tokoh-tokoh hebat pasti memiliki wanita hebat dibelakangnya. Maka makna tidak pandai mengalah adalah sebuah kata mutlak wanita memperjuangkan pendidikan yang kadang mendiskriminasi keberadaannya. Buat wanita dan buat generasi bangsa.